Translate

Friday, March 28, 2014

Budidaya udang Vannamei dengan teknologi Intensif

Budidaya udang Vannamei intensif memiliki porsi rasio lahan 4:6, yang artinya 40% diperuntukan untuk petak tandon dan 60% untuk petak pemeliharaan. Untuk budidaya secara intensif konstruksi tambak harus dipastikan kedap air dan tidak mudah longsor, serta memiliki pintu masuk dan keluar secara terpisah. Sehingga sangat disarankan untuk mengecor pematang dengan kemiringan/slope 45-60 derajat dan harus dibuat Central Drain yang berfungsi sebagai pengumpulan kotoran.


Sumber: www.djpt.kkp.go.id/index.../lokasi-desain-tambak.pdf/


Ciri-ciri tambak Intensif adalah sebagai berikut:
1. Air didalam tambak ttidak tergantung pada pasang surutnya air laut.
2. Petak tambak berbentuk teratur.
3. Ketinggian air didalam kolam lebih dari 1 meter.

Pada budidaya Vannamei sistem intensif , air didalam kolam harus mengalir cukup deras dengan arus air sebanyak 29-39 liter/ detik untuk setiap hektar tambak, sehingga harus mengunakan pompa. Sedangkan aerator dipergunakan untuk menambahkan kandungan oksigen di dalam air hingga mencapai kisaran 5-10 ppm.

Karena budidaya secara intensif termasuk budidaya dengan penerapan teknologi yang cukup maju. Hal penting yang harus kita perhatikan juga adalah kandungan gas di dalam tambak, karena banyaknya sisa pakan udang yang diberikan, kotoran udang dan bangkai plankton, dapat menghasilkan gas amoniak dan H2S  (Hidrogen Sulfida). Kadar Amoniak yang terbaik adalah dibawah 1 ppm, namun udang masih dapat mmtoleransi sampai batas atas 1,6 ppm. Wonderstone, Zeolite, dan Zeokapkan dapat ditaburkan guna menyerap gas beracun dan amoniak.

Pada budidaya sistem intensif menghasilkan limbah yang luar biasa, maka dapat menimbulkan masalah pada lingkungan sekitar,  seperti kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran air pada pesisir. Sehingga amat disarankan untuk mengunakan hanya 50% dari total lahan yang dikuasai sedang sisa lahan digunakan untuk pembudidayaan secara ekstensif/ tradisional, dengan demikian keseimbangan ekosistem dapat terjaga dan  pencemaran air dipesisir pantai dapat dicegah.Limbah dari tambak yang dikelola secara intensif sebagian besar adalah berasal dari pakan berbahan organik. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam limbah adalah C (Carbon), N (Nitrogen), P (fosfor). Secara alami sebenarnya senyawa-senyawa tersebut dapat terurai dengan sendirinya, akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan pengangkatan limbah dilakukan setiap kali siklus budidaya. Sehingga bakteri pengurai tidak sempat untuk mengurai limbah tadi.

Pada prinsipnya tambak dengan sistem intensif adalah mirip dengan tambak semi-intensif, yang membedakan adalah alat-alat penunjang yang dibutuhkan seperti pompa air dan aerator akan lebih banyak dibandingkan dengan Semi-intensif. Karena tingkat kepadatan tebar pada tambak intensif dapat mencapai 100-200 ekor/meter persegi jika diberikan pakan tambahan dedak halus. Sedangkan untuk penebaran benih dengan kkepadatan 300-400 ekor/meter persegi, maka makanan tambahan harus berupa pelet dengan kadar protein 25%. Juga perlu diingat bahwa kebutuhan oksigen harus disesuaikan dengan kepadatan tebar, dengan perhitungan standar bahwa dengan padat tebar 25-35 ekor/meter persegi, dibutuhkan oksigen larut sebanyak 5-10 ppm. dari sini jumlah aerator yang dibutuhkan dapat diketahui.

Ada beberapa obat yang dipakai pada tambak intensif, adapun beberapa macam obat/bahan penunjang yang biasa dipergunakan dalam tambak intensif litu adalah sebagai berikut:

  1. Tepung Batu Alam.
Tepung Batu Alam berfungsi untuk menetralisir zat-zat yang mengandung racun dan dapat berguna untuk menstabilkan kualitas air ditambak. Tepung Batu alam juga dapat mengembalikan kesuburan dasar tambak, sehingga Plankton (phytoplankton dan Zooplankton) dapat tumbuh dengan baik. Contoh Tepung Batu Alam yang tersedia di pasar antara lain: Wonder Zeolite, Natural Zeolite Wonderstone, Healthstone, dll. Dosis pengunaan tergantung pada kebutuhan. Untuk perbaikan lahan setelah panen, dosis yang dianjurkan adalah 500kg-l.000kg /ha, tetapi jika gunakan untuk penyerapan zat-zat beracun maka dosis yang diberikan untuk tambak dengan padat tebar 20 ekor/ meter persegi adalah sebesar 250kg- 500kg/ha dan dilakukan setelah 20-40 hari tebar, sedangkan untuk padat tebar 30 ekor/meter persegi diperlukan 500-1.000 kg/ha dilakukan antara hari ke 20-30.

     2.   Bakteri Pengurai

Bakteri Pengurai sangat penting diberikan pada tambak udang sistim intensif, seperti diketahui bahwa pada Tambak Intensif sisa pakan, kotoran udang, dan bangkai plankton yang tertimbun pada dasar tambak harus secepatnya diurai, dengan penambahan bakteri pengurai pada tambak, maka bahan organik akan terurai menjadi Siklus nitrogen dan Sulfur. Dipasar ada banyak merek bakteri pengurai, seperti: Aquazyme, Aqua Bacta Aid, Bacteri Natural 9 & 10, Soil Reformer, dll. Pada dasarnya, bakteri yang dibutuhkan adalah Aeromonas, Bacillu Subtilis, Nitrobacter, Cellulomonas, Nitromonas, dan enzym pengurai seperti: amylase, lifase, protease, hemicellulase, dan lactase. Bakteri pengurai harus diberikan secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh masing masing pabrikan. Waktu pemberian bakteri ini jangan bersamaan dengan pengunaan bahan kimia, seperti: disinfektan, malachite green, potasium permanganat, antibiotik, coperin, formalin, bioiodine, dll, paling sedikit di berikan tengang waktu selama 5 hari.

    3.   Fungicide, Alagaecide & Baktericide.

Sering terjadi ganguan protozoa atau jamur dan juga bakteri pada tambak intensif, ganguan tersebut dapat terlihat dari tubuh udang yg tumbuh abnormal, seperti: sungut udang putus, kaki putus, insang berwarna hitam, kuning atau merah, bintik bintik hitam pada tubuh udang, ekor busuk, sampai dengan tubuh udang di tumbuhi lumut. Untuk mengobatinya, ada beberapa merek obat yg tersedia di pasar, antara lain: Bromo Sept. 50, Bioidine 2.000, Fabcide G-50, BKC 50, dll. Obat-obat tersebut dapat membasmi protozoa dan bakteri bahkan virus. Harus di perhatikan dosis pengunaannya pada masing-masing jenus merek obat yg tertera pada kemasannya. Jika pertumbuhan plankton berlebihan, maka sangat di sarankan untuk mengunakan obat yang bersifat Algaecide, contohnya Copperin dan Copper Control. Pemberian Algaecide pada tambak juga dapat merangsang udang untuk berganti kulit (moulting). Jika keadaan bertolak belakang, yaitu dimana pertumbuhan plankton sangat lambat, biasa terjadi pada tambak di lahan berpasir lebih dari 60% sehingga unsur haranya rendah, maka pemberian nutrien salt dengan dosis 2-3 ppm, seperti Algae Grow sangat diperlukan, atau dengan memberikan tepung ikan dengan dosis 5-10 kg/ha atau dengan memberikan urea serta TSP secukupnya.


   4.    Vitamin

Sama juga seperti manusia, udang juga membutuhkan vitamin untuk pertumbuhannya dan untuk kesehatannya agar tidak mudah di serang penyakit, terutama vitamin B & C. Stroner dan Prophepa adalah merek vitamin yang ada di pasaran. Pemberian vitamin dicampur pada pakan, 30-50 gr Stroner dicampur dengan 20 kg pakan udang, sedangkan untuk Prohepa di butuhkan 50-100 gr dicampur dengan putih telur ayam atau juice kerang agar dapat merekat, dan dicampur pada 20 kg pakan. Setelah dicampur, pakan harus dibiarkan selama 30 menit agar vitamin dapat meresap rata pada pakan sebelum di berikan pada udang. Ada pula beberapa macam vitamin lainnya yang dibutuhkan seperti Brightamin atau Anti Blue Color yang mengandung multivitamin dan Carateroid, yang dapat membantu proses Kromatofora (pembentukan pigmen pada tubuh udang) agar tubuh udang tidak biru. Untuk setiap 20 kg, dicampur dengan 30-50 gr Brightamin atau 100-200 gr Anti Blue Color yang telah dicampur dengan 10-20 butir putih telur, dan dibiarkan selama 20-30 menit sebelum diberikan pada udang. Dan untuk mencegah virus, seperti Virus Hepatopankreatic Pravo, Virus Midgut Gland Necrosis, dan Virus Monodon Baculo, dapat mengunakan Hepacidin yg mengandung antibiotik dan multivitamin, dengan dosis 100 gr Hepacidin dicampur dengan 12 butir putih telur untuk 20 kg pakan udang.

    5.    Pemberantasan Hama

Hama yang di maksud adalah ikan-ikan predator pemangsa udang atau pun ikan-ikan lain yang masuk melalui saluran air secara tidak sengaja, karena pada tambak intensif padat tebar udang sangat tinggi, maka dengan masuk nya ikan ke dalam tambak pemeliharaan akan menyebabkan bertambah padatnya populasi di tambak, sehingga kebutuhan akan pakan, Oksigen dan sisa kotoran akan bertambah tinggi. Ada obat khusus yang dapat mengatasi hal ini, yaitu Rotenon 0,5% dengan takaran 0,5 ppm, atau Saponin yang dicampur dengan ampas teh yg telah diambil minyaknya dengan kandungan 10-15%, dengan dosis 10-15 kg/ha.



    

Daftar Pustaka


www.djpt.kkp.go.id/index.../lokasi-desain-tambak.pdf/

Malau T.L.M., (2013), "Sistem Budidaya Intensif", http://www.omtim.com/66/sistem-budidaya-intensif/

Kuderi S., (2014), " PERANAN MUTU AIR DI TAMBAK UDANG INTENSIF", http://nahjoy.com/2014/01/15/peranan-mutu-air-di-tambak-udang-intensif/

Kuderi S., (2014), "MENGUAK PERANAN OBAT-OBATAN DI TAMBAK UDANG INTENSIF", http://nahjoy.com/2014/01/16/menguak-peranan-obat-obatan-di-tambak-udang-intensif/

"TUGAS REKAYASA AQUACULTURE", http://materi-yusrin.blogspot.com/p/tugas-rekayasa-aquaculture_04.html




Thursday, March 27, 2014

BUSMETIK solusi bagi petambak udang kecil menengah

Budidaya Udang Skala Mini Empang plasTIK atau yang biasa di singkat BUSMETIK dan dikenal dengan teknologi BUSMETIK adalah hasil kajian empiris yang di mulai sejak tahun 2009, dilakukan oleh civitas academika Sekolah Tinggi Perikanan. Yang mana teknologi BUSMETIK dijadikan sebagai instrumen pokok untuk program studi Teknologi Akuakultur di STP Kampus Serang Banten. BUSMETIK adalah wujud nyata dari dunia pendidikan dalam berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.




Keuntungan dari teknologi BUSMETIK antara lain :Biaya Murah sehingga terjangkau oleh petambak kecil dan menengah.Pengelolahan tambak menjadi lebih mudah, karena luasan petak menjadi lebih kecil dibanding tambak ekstensif/tradisional.

Dengan luas petak tambak yang lebih kecil maka resiko serangan penyakit menjadi lebih kecil.Dapat diaplikasikan hampir di berbagai tempat, bahkan dapat diaplikasikan di tanah yang "porous".Masa pemeliharaan singkat, karena yg di gunakan adalah bibit vannamei, dimana udang vannamei dapat mencapai size 60 ekor/kg dengan masa pemeliharaan 100 hari.

Dengan FCR 1,3, maka pengunaan pakan jadi lebih efisien.Tidak mengunakan antibiotika. Dalam pembudidayaan udang Vannamei dengan mengunakan BUSMETIK, kepadatan udang minimal 100 ekor permeter persegi.Ada bebrapa komponen penting dalam penerapan teknologi BUSMETIK:Wadah budidaya, Wadah ini dibuat dengan dimensi yang tidak terlalu luas, dan dilapisi dengan plastik jenis High Density Poly Ethlene (HDPE) yang tebalnya 0,5 mm, kedalaman tambak berkisar antara 80-100 Cm.

Media budidaya. yang dimaksud media disini adalah air, dimana air harus memenuhi kriteria secara fisika, kimia, ataupun biologi, bebas dari hama dan penyakit (steril).Biota budidaya. Biota (binatang) yang akan dibudidayakan, harus sehat, berukuran seragam (PL 10-12) dan bebas dari penyakit. mintalah garansi dari penjual bibit bahwa benur terbebas dari penyakit Linkungkan sekeliling. Dalam tehnologi BUSMETIK, kondisi sekliling tambak sangat berpengaruh, olehs sebab itu alangkah baiknya jika tambak dikelilingi oleh ekosistem Mangrove

Setelah petak tambak dikeringkan 1-2 hari dan dibersihkan maka petak tambak telah siap untuk diisi air. Selanjutnya dilakukan pensucihamaan dengan mengunakan kaporit dengan dosis 50-60 mg per liter.Setelah 2-3 hari, air di dalam tambak akan netral dari Clorine dan siap untuk diberikan bakteri probiotik jenis Bacillus.Selanjutnya penambahan Bacillus sesuai dosis diperlukan untuk mempertahankan jumlah bacillus, sehingga mampu mempertahankan kualitas air. Terjadinya kegagalan pada budidaya dengan teknologi BUSMETIK, bukanlah dari substansi teknis tetapi lebih kepada faktor SDM dari pengelola yang kurang konsisten dan kurang displin dalam menerapkan SOP. Teknologi BUSMETIK telah terbukti menghasilkan panen udang dengan maksimal yaitu tiga kali panen dalam 1 tahun. Bahkan teknologi BUSMETIK ini mendapatkan apresiasi dari Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo disela-sela panen udang di Serang, Banten, pada tanggal 1 Desember 2013.(seperti diberitakan antaranews.com) 


Daftar Pustaka

Wijaya A., (2013), "Teknologi busmetik untuk tingkatkan produktivitas udang.", http://m.antaranews.com/berita/407567/teknologi-busmetik-untuk-tingkatkan-produktivitas-udang 

Rahayu H.T.,(2013), "Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (BUSMETIK)", STP press

Monday, March 10, 2014

Udang Vannamei

Udang Vannamei, atau yang sering juga disebut udang putih oleh masyarakat umum, adalah jenis udang yang sedang semarak dibudidayakan oleh masyarakat hampir di seluruh Indonesia, ternyata adalah jenis udang yang berasal dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, untuk pertama kalinya dikenalkan pada tahun 1970 di Tahiti. Lalu dibudidayakan secara intensif di Hawai (Utara Barat pantai Pasitik), South Carolina (pantai timur Atlantik), Texas (teluk Meksiko), Belize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela, dan Brazil.

Sebenarnya udang Vannamie telah diperkenalkan ke benua Asia pada tahun 1978-1979, tetapi baru diperkenalkan secara komersial di Indonesia pada tahun 2001. Dan berdasarkan data dari South East Asian Fisheries Development Centre (SEAFDEC) pada tahun 2005, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 419.282 Ha tambak air payau dan sekitar 913.000 Ha lahan yang berpotensi untuk tambak.
 
Udang Vannamie dengan nama latin Litopenaeus Vannamei, memiliki tubuh yang terbentuk oleh 2 Cabang (biramous), dan tubuh Udang Vannamei berbuku-buku. Kepala udang Vannamie terbentuk dari Antenula, Antena, Mandibula dan dua pasang Maxillae serta tiga pasang Maxiliped. Antenula dan Antena berfungsi sebagai organ sensor. Maxiliped setelah mengalami modifikasi akan berfungsi sebagai organ makan. Terdapat lima pasang kaki dan enam ruas pada badan udang Vannamie, karena carapace udang Vannamei transparan maka perkembangan Ovarium pada betina dapat terlihat.
 
Habitat udang Vannamei adalah dilaut tropis dengan suhu air lebih dari 20 derajat Celcius, mereka bertelur di laut terbuka dan pada Stadia postlarva mereka bermigrasi ke pantai sampai stadia juvenil mereka akan kembali kelaut lagi setelah dewasa dan bertelur lagi disana. Siklus hidup udang Vannamei adalah telur → naupli →mysis → post larva → juvenil → dewasa → telur.

Udang jenis Vannamei semakin diminati untuk dibudidayakan karena udang Vannamei memiliki karakteristik  yang unggul yaitu :
  1. Kemampuan adaptasi yang tinggi, udang Vannamei mampu beradaptasi terhadap suhu, dan salinitas.
  2. Laju pertumbuhan yang cepat pada bulan I dan II
  3. Kelangsungan hidup yang tinggi
  4. Memiliki pangsa pasar yang fleksibel, Udang jenis Vannamei memiliki pasar mulai ukuran kecil hingga besar.

Daftar Pustaka
Adiwidjaya D, dan Erik S. 2007. Aplikasi Pemberian Pakan Buatan Secara Optimal pada Budidaya Udang Windu Intensif Berkelanjutan. http://www.udang-bbbap.com/organisasi/1154-aplikasi-frekuensi-pemberian-pakan-buatan-secara-optimal-pada-budidaya-udang-windu-intensif-berkelanjutan  
Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). 2005. Regional Technical Consultation on the Aquaculture of Penaeus vannamei and Other Exotic Shrimps in Southeast Asia. www.seafdec.org.ph/pdf/P_vannamei.pdf  
Arbeta A. (2013), "cara benar budidaya udang vanami", http://andiarbeta.blogspot.com/2012/09/cara-benar-budidaya-udang-vaname.html
Boone. 1931. Penaeus vannamei. http://www.fao.org/docrep/field/003/ab467e/AB467E04.htm  
Briggs, M, Simon Funge-Smith, Rohana Subasinghe, dan Michael Phillips. 2004. Introductions and Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and The Pacific. FAO. Bangkok  
Tigor H.W. 2011, "Budidaya udang Vannamei", http://tigor46.blogspot.com/2011/07/budidaya-udang-vannamei.htm

Thursday, March 6, 2014

Hasil teknologi BUSMETIK

Pada hari Rabu, tanggal 16 Oktober 2013, Presiden RI Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu negara Ibu Hj Ani Bambang Yudhoyono bersama Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Kehutanan Zulkilfli Hasan, Menteri PU Djoko Kirmanto, Mendikbud Muhammad Nuh, Menpora Roy Suryo, Menparekraf Mari Elka Pangestu, dan Ketua KEN Chairul Tandjung, didampingi oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, melakukan kunjungan ke Pacitan guna meninjau lokasi BUSMETIK ( Budidaya Udang Skala Mini Empang plasTIK) dan melakukan penebaran benih bibit udang Vannamei

http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2013/10/16/9528.html

Setelah lebih dari dua bulan sejak penebaran benih udang yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maka pada tanggal 25 Desember 2013, benih udang yang ditebar sudah siap untuk dipanen, dengan size 80 ekor per kilogram. Dari total 3 petak tambak seluas ± 600 meter persegi setiap petaknya, udang yang dipanen mencapai berat 5 ton dengan harga jual Rp 70.000/kg maka setiap petak menghasilkan keuntungan ± 60 juta rupiah.

http://pilarpenyuluhan.blogspot.com/2013/12/sukacita-panen-perdana-busmetik-di.html

Tuesday, March 4, 2014

Budidaya udang dengan teknologi Semi Intensif

Seperti telah dijelaskan pada post sebelumnya bahwa udang Vannamei memiliki beberapa keunggulan dibanding udang jenis lainnya, maka pembudidayaan udang Vannamei makin hari makin diminati.
Sesuai dengan judulnya, dipost ini akan dijabarkan mengenai budidaya udang Vannamei dengan teknologi semi intensif.  Pada teknologi Semi intensif  akan dibutuhkan lima buah petak yaitu: 
  1. Petak karantina. Petak ini berfungsi untuk menampung air baru maupun air sirkulasi.
  2. Petak pembesaran. Petak ini adalah petUntukmeliharaan udang sampai dipanen.
  3. Petak Biofilter/ Bioscreen. Dipetak ini dipelihara organisme sebagai pemangsa hama penyakit udang.
  4. Petak treatment.  
  5. Petak Pembuangan Limbah. Petak ini berfungsi sebagai penampungan air limbah dari Petak Pemeliharaan udang.
Pertama tama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kualitas tanah, sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut: PH 6,5-7,5 ; kandungan bahan organik 5-12% ; Redok > -50 M.v dan C/N Ratio >11. Untuk itu harus diadakan pengeringan tanah dasar untuk mengoksidasi tanah agar dapat mempercepat penguraian bahan organik dan menguapkan gas beracun. lalu diadakan pengangkatan lumpur dan sisa bahan organik. Pengapuran tanah dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dengan dosis 10-20 gram permeter persegi. Pengapuran tanah JANGAN terlalu berlebihan karena kalsium dari kapur dapat mengikat pospat yang akan berakibat pada penurunan kesuburan plankton.

Media air harus dipersiapkan dengan benar, pada petak karantina air dari sungai diendapkan minimal 1 hari lalu air dialirkan ke petak pembesaran dengan disaring mengunakan kasa dengan size 1 mm. Selanjutnya air akan disterilisasi mengunakan kaporit dengan dosis 20-30 ppm. Agar mendapat hasil yang maksimal pengaplikasian kaporit sebaiknya sore hari sekitar pukul 17.00.

Untuk menetralkan kandungan klorin dibutuhkan waktu 2-3 hari, setelah itu dapat dilakukan penebaran probiotik jenis Bacillus sp, Rodobacter sp, dan Nitrobacter sp dengan dosis 1 ppm (yang kepadatan> 10 sel per ml). 

Bersamaan juga dilakukan penumbuhan plankton dengan mengaplikasikan pupuk organik dengan dosis 0,1 ppm serta campuran antara pupuk anorganik urea dan TSP (perbandingan 1:1) dengan dosis 1-3 ppm. dan inokulasi plakton Chlorella sp. Ditandai dengan plankton yang telah tumbuh dengan kecerahan 30-40 cm serta kandungan pospat di air minimal 0,25 ppm, maka benih siap untuk ditebar.

Pada petak Biofilter / Bioscreen, dilakukan penebaran ikan bandeng, nila dan mujahir serta penumbuhan ganggang dan rumput laut sebagai filter feeder, untuk memangsa hama penyakit udang.

Pemilihan benih udang adalah hal yang sangat penting karena benih harus bebas dari infeksi penyakit SEMBV. Cara memilih benih yang baik:

1. Uji visual. benih yang baik memiliki keseragaman > 95% dalam warna dan ukuran (ukuran diatas PL -12, gerakan yang lincah menantang arus, dapat merespon terhadap gerakan dan bersih dari patogen

2. Uji PCR. Untuk mengetahui apakah benih terinfeksi Virus.

Penebaran benih udang dengan teknologi Semi - intensif adalah pada kisaran 15 - 40 ekor per meter persegi. Sesampainya benih udang di lokasi, benih udang harus diadaptasikan dulu terhadap suhu di air Petak, dengan cara, pertama - tama Kantung pengangkut benih diapungkan diatas air di tambak, lalu benih dimasukan ke dalam baskom atau ember, dan ditambahkan dengan air dari kolam sedikit demi sedikit, kemudian benih dimasukan kedalam kolam dengan cara memiringkan baskom. Benih yang sehat akan langsung berenang dengan aktif kedalam tambak, biarkan benih yang tertinggal didalam baskom untuk beradaptasi lebih lama.

PengeloIahan pakan harus di sesuaikan dengan kondisi udang baik dalam ukuran, jumlah, dan frekwensi pemberian. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, prinsip pemberian pakan harus disesuaikan dengan nafsu makan harian. Untuk mengetahui tingkat nafsu makan harian, dapat dikontrol melalui anco yang ditaruh dipetak tambak minimal 4 buah, jumlah pakan yang diletakan pada anco adalah 0,8-1% dari jumlah pakan yang biasa diberikan. Setelah jangka waktu 2-3 jam, jumlah pakan di anco tidak habis, maka pemberian pakan berikutnya dikurangi antara 20-30% demikian sebaliknya jika pakan di anco habis sebelum waktu pengamatan berakhir, maka pemberian pakan ditambah 10-20%. Ukuran dan jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan udang yang dievaluasi tiap 7-10 hari sekali. Pemberian vitamin dan mineral secara berkala 2 kali seminggu dapat meningkatkan ketahanan udang dari serangan penyakit. Pemberian vitamin C sebanyak 2-3 gram dicampur dengan ikan segar yang dicacah sebanyak 1 kg, kemudian direndam dalam air dengan perbandingan 1 liter air : 1 kg ikan cacah selama 1 jam.

Sumber: Adiwidjaya D, et al, (2008), "Penerapan Teknologi Budidaya Udang Vanamei"




Perlu diperhartikan setiap penambahan air baru, air harus di kondisikan pada petak biofilter selama sedikitnya 2 hari untuk mengantisipasi salinitas yang semakin tinggi. Dan harus diingat bahwa penggantian air maksimal 50% itupun hanya untuk keadaan darurat.

Pengamatan terhadap kesehatan udang harus dilakukan secara berkala. Setiap 7-10 hari harus diadakan pengukuran udang. Inilah beberapa ciri-ciri sehat: bergerak aktif berenang dan melompat saat anco diangkat; respon terhadap arus, cahaya, bayangan dan sentuhan; tubuh bersih, licin, berwarna cerah, dan belang putih yang jelas; tubuh tidak keropos dan anggota tubuh lengkap; kotoran tidak mengapung; Ujung ekor tidak geripis; Ekor dan kaki tidak menguncup; Insang jernih; dan kondisi usus penuh.

Untuk mencegah penyakit usahakan air bebas dari kontaminasi Virus dengan memberi kaporit pada petak Karantina serta filterisasi dengan biofilter; pemeliharaan fitoplankton; dan mmelakukan pengetesan terhadap pH, suhu, salinitas dan kecerahan air.





Daftar Pustaka

Adiwidjaya D, et al, (2008), "Penerapan Teknologi Budidaya Udang Vanamei", Media Budidaya Air Payau Perekayasaan.

Arbeta A. (2013), "cara benar budidaya udang vanami", http://andiarbeta.blogspot.com/2012/09/cara-benar-budidaya-udang-vaname.html




Sunday, March 2, 2014

Budidaya Udang Vannamei

Untuk membudidayakan udang Vannamei dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
1. Sistem tradisional/ekstensif.

2. Sistem Semi Intensif

3. Sistem Intensif


4. Sistem Supra-Intensif



Gambar 2.4 Kolam Supra-Intensif

Semakin intensif sistem yang digunakan maka semakin besar juga investasi yang dibutuhkan, tetapi lahan yang dipergunakan akan semakin kecil.

Contoh untuk tambak tradisional tidak membutuhkan aerator (mesin penghasil gelembung udara) tetapi mereka membutuhkan lahan yang besar sehingga tingkat populasi didalam tambak tidak terlalu padat hanya 2-3 ekor per meter persegi, sedangkan supra intensif dapat mencapai tingkat kepadatan sampai 600 ekor per meter persegi. Jadi untuk memelihara 600 ekor dengan sistem tradisional dibutuhkan tambak seluas 200 meter persegi, yang mana jika lahan seluas 200 meter persegi tadi mengunakan sistem supra Intensif maka benih yang dapat ditebar mencapai 120.000 ekor.

Secara investasi awal sistem yang lebih intensif akan lebih besar, karena dinding dan kedalaman tambak harus kedap air serta tidak rembes, dan tanggul harus kuat sehingga pilihan terbaik adalah dicor, karena pada sistem intensif dibutuhkan biofilter dan bioscreen, tetapi secara hasil yang didapat pada saat panen pun akan berbeda jauh.

Budidaya udang Vannamei dengan sistem yang berbeda-beda akan di posting dengan judul sendiri agar tidak membingungkan para audience di blog ini.

Daftar Pustaka

Tnunay R. (2013), "Budidaya Udang – Bagian 2", http://rinatnunay.wordpress.com/tag/tambak-intensif/

Arbeta A. (2013), "cara benar budidaya udang vanami", http://andiarbeta.blogspot.com/2012/09/cara-benar-budidaya-udang-vaname.html